Oleh : Sena Junjunan
Mahasiswa S2 Pendidikan Bahasa Indonesia IKIP Siliwangi Bandung
Dalam sebuah pernikahan kehadiran anak adalah anugerah terindah sekaligus ujian bagi orang tua. Hal tersebut lantaran anak lahir dengan sejuta potensi dan karakter yang berbeda.
Bahkan anak kembar saja yang lahir dari orang tua yang sama memiliki potensi, karakter dan kemampuan berbeda. Dengan begitu, orang tua harus peka terhadap ketiga hal tersebut.
Tokoh Ki Hajar Dewantara pernah mengemukakan bahwa tujuan utama Pendidikan adalah “memajukan kesempurnaan hidup yang menyelaraskan antara interaksi dengan alam maupun masyarakat”.
Melalui argumentasi tersebut, bisa kita simpulkan bahwa pembentukan karaker akan sangat dibutuhkan untuk menunjang berbagai macam potensi dan juga kemampuan yang dimiliki oleh anak dalam kehidupan bermasyarakat.
Oleh karena itu, salah satu cara untuk membangunnya adalah dengan membiasakan komunikasi yang interaktif dengan anak, terlebih jika komunikasi ini dilakukan sesaat atau sesudah melaksanakan ibadah.
Dapat kita sebut hal ini sebagai komunikasi spiritual dengan cara menyelipkan nilai-nilai keagaaman dalam membentuk karakter yang baik dan berbudi luhur.
Dalam Agama Islam, seorang muslim diwajibkan melaksanakan sholat fardu sebanyak lima kali dalam satu hari.
Komunikasi spiritual akan terjadi ketika anda sebagai orang tua, kakak, atau gurunya berperan sebagai imam, maka anda wajib memberikan sedikit ceramah setelah selesai melaksanakan ibadah atau anda bisa mengajak anak berdzikir dan bersholawat setelah selesai sholat.
Secara tidak langsung anda sudah membangun komunikasi spiritual dengan anak, dan jika anda lakukan secara berkala maka ini akan menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi anak dimasa yang akan datang.
Selepas dari semua kegiatan keagamaan yang bersifat ibadah, anda juga bisa melakukan komunikasi spiritual di beberapa kegiatan di luar ibadah seperti sedang makan, bersantai dengan keluarga, menonton TV, dan lain sebagainya.
Caranya anda bisa mengkaitkan antara berbagai macam aktivitas dengan nilai-nilai karakter seperti kedisplinan, kejujuran, dan bahkan kepemimpinan. Dan penyesuaian situasi dan kondisi bisa anda kreativitaskan dengan kemampuan anda.
Pada akhirnya yang ingin disampaikan dalam tulisan ini adalah kesadaran kita sebagai orang tua akan pentingnya komunikasi dengan anak, khususnya komunikasi yang dikaitkan dengan nilai dan norma yang berlaku.
Meskipun terlihat sederhana, tapi ini akan sangat penting dalam membangun karakter anak di masa yang akan datang.
Perlu digaris bawahi adalah pembentukan karakter tidak akan terbentuk secara langsung melainkan dapat terbentuk melalui proses yang panjang dan kesabaran kita sebagai orang tua.
Diskusi tentang ini post