Oleh: Rasudin
Mahasiswa S2 Pendidikan Bahasa Indonesia IKIP Siliwangi Bandung
Menurut Muhaimin Azzet (2014:40) pendidikan karakter merupakan penanaman nilai karakter kepada seluruh warga sekolah termasuk peserta didik sehingga menjadi manusia yang lebih baik. Seorang pendidik bukan hanya dituntut untuk memberikan materi pembelajaran saja tapi juga mampu mempengaruhi karakter peserta didik hingga menjadi lebih baik.
Dengan adanya pendidikan karakter diharapkan mampu mempengaruhi kepribadian anak menjadi lebih baik, sekolah berperan penting dalam pembentukan karakter generasi muda sebelum terjun ke dunia masyarakat. Kalo berbicara tentang peran sekolah dalam pembentukan karakter maka seorang pendidiklah yang menjadi subjek utama penyebab terbentuknya karakter siswa yang lebih baik.
Seorang pendidik harus mampu mengimplementasikan pembelajarannya yang memuat nilai-nilai moral. Khususnya untuk mata pelajaran bahasa Indonesia juga harus mampu menanamkan pendidikan moral dalam materinya., salah satu upaya yang dapat dilakukan guru mata pelajaran bahasa Indonesia untuk pembentukan karakter siswa yaitu lewat pembelajaran sastra.
Karya sastra menurut Ratna (2015:35) merupakan aktivitas kreatif didominasi oleh keindahan yang didalamnya terdapat aktivitas manusia, baik konkret maupun abstrak baik jasmaniah maupun rohaniah. Secara umum sastra memiliki dua fungsi yaitu ducle yang artinya sangat menyenangkan dan utile yang artinya mendidik (mikics, 2007:95).
Sebagai bahan untuk mendidik, sastra berarti memberikan nasihat dan penanaman moral, etika, sehingga pembaca khususnya peserta didik dapat meneladani hal posisitif dalam karya sastra. Nilai moral yang begitu banyak dalam karya sastra maka akan menjadi sebuah kesempatan untuk pendidik dalam pembentukan karakter siswa.
Nilai moral biasanya disajikan dalam unsur-unsur sastra seperti tokoh cerita, alur cerita, latar cerita, bahasa dan lain sebagainya. Ada berbagai materi yang digunakan dalam pembelajaran sastra seperti pantun, syair, dongeng, teks deskripsi, teks cerita fantasi dan lain sebagainya.
Dari berapa banyak materi sastra pendidik bisa menggunakan salah satu materi tersebut dalam pembentukan karakter siswa contohnya teks cerita fantasi. melalui teks cerita fantasi seorang pendidik bisa memasukan pendidikan moral di dalamnya.
Karena siswa akan lebih senang meniru-niru tokoh dalam cerita di banding dengan mendengarkan langsung pepatah guru tentang sikap-sikap yang baik Siswa cenderung merasa terpojokan ketika mendengarkan pepatah guru secara langsung, hal itu disebabkan oleh rasa malu karena temanya, atau memang dia ada di posisi yang salah tapi hati yang cenderung tidak menerima untuk diluruskan.
Maka melalui cerita-cerita yang menyenangkan guru bisa membentuk karakter siswa menjadi lebih baik. Contohnya penerapan sikap yang baik dari tokoh-tokoh yang ada dalam cerita fantasi, balasan bagi tokoh yang jahat dalam cerita, kesuksesan seorang pekerja keras dan masih banyak lagi.
Biarkan siswa membaca banyak cerita dan menggunakan imajinasinya untuk berpikir dan secara tidak langsung akan terbawa karakter-karakter tokoh dalam cerita yang menyenangkan.
Tentunya dengan membaca cerita yang mempunyai kriteria contoh-contoh sikap yang positif, maka dari itu pendidik harus bisa memilih cerita yang bisa membentuk karakter siswa. Tetapi seorang pendidik harus bisa memilih cerita-cerita yang baik dan layak untuk dikonsumsi peserta didik.
Diskusi tentang ini post