BANDUNG BARAT– Dampak rencana pembangunan Tempat Pembangunan Sementara Berdagang (TPSB) Pasar Tagog Padalarang berimbas pada moda transportasi tradisional delman.
Setidaknya puluhan orang yang menggantungkan hidupnya dari profesi sebagai tukang delman resah lantaran terancam kehilangan sumber penghasilan.
Salah satu tukang delman, Arom (70) mengatakan, dirinya baru mengetahui bahwa ia tidak akan mangkal lagi di jalan Raya Tagog Padalarang lantaran imbas revitalisasi pasar tersebut.
“Baru tau, pindah kemana kalo dihilangkan. Mata pencaharian hilang kalo sampai direlokasi tapi belum ada tempat lain dimana,” katanya saat ditemui, Kamis (20/8).
Ia menambahkan, hingga saat ini belum ada sosialisasi baik dari Pemkab Bandung Barat maupun pengusaha sebagai pelaksanan proyek yang menghabiskan dana tidak kurang dari Rp 79 Miliar tersebut.
“Belum ada yang kasih tau dari mana juga, terus delman dikemanain. Harusnya pemerintah berikan solusi jangan asal dipindahin. Abah kerja cari uang dari delman,” katanya.
Bahkan sejak pandemi COVID-19 mendera, pendapatannya dari profesi yang ia geluti puluhan tahun lalu tersebut hanya Rp40.000/hari. Hal tersebut membuat ekonomi saat ini makin berat.
“Sementara beban hidup yang kami tanggung harus terbagi antara pakan kuda dan makan buat keluarga,” katanya.
Ia berharap, revitalisasi pasar Tagog Padalarang tidak berimbas pada mata pencahariannya hingga saat ini. Kendati dari profesi sebagai penarik delman tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
“Da abah teh sareng keluarga kedah tuang, bade dintempatkeun dimana ge abah mahasal keluarga tiasa tuang” katanya lirih.
Ditempat yang sama, kusir lainnya, Ujang Ruhiyat mengatakan, hingga saat ini tidak ada perhatian pemerintah terhadap para penarik delman. Terbukti, tidak ada sama sekali upaya pembenahan.
“Dari awal delman sudah ada, ti mimiti ge delman mah tos aya sa acan aya mobil, parkir pun tidak ada. Belum ada perhatian pemerintah,” katanya.
Diskusi tentang ini post