Oleh: Rahmana Syara Sabila
Mahasiswa S2 Pendidikan Bahasa Indonesia IKIP Siliwangi Bandung
Berkomunikasi sudah menjadi hal yang umum kita gunakan sehari-hari, terutama untuk komunikasi menggunakan Bahasa Indonesia.
Sebagai makhluk sosial, komunikasi tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari, sebab komunikasi merupakan alat untuk berinteraksi dengan manusia lainnya. Tetapi bagaimana dengan sebagian masyarakat yang tidak menggunakan komunikasi verbal sebagai sarana beinteraksi sehari-hari?
Terdapat beberapa unsur komunikasi agar sebuah interaksi dapat dikatakan efektif. Yang pertama, komunikator yang bertugas menyampaikan pesan kepada komunikan. Yang kedua adalah pesan. Pesan sendiri terbagi menjadi verbal (lisan, tulisan) dan nonverbal (isyarat, gambar, atau simbol). Selanjutnya adalah saluran atau media, suatu pesan dapat disampaikan melalui sebuah media.
Baik itu berupa surat, radio, atau film yang sifatnya audio dan visual. Unsur yang ke empat adalah komunikan. Komunikan merupakan sebuah kelompok, individu atau masyarakat yang berlaku sebagai penerima pesan. Lalu bagaimana Bahasa isyarat menajadi sarana komunikasi bagi masyarkat tuli? Bahasa isyarat sendiri digunakan oleh penyandang tuna rungu (tuli) dan tuna wicara (bisu) untuk bertukar informasi.
Bahasa isyarat yang berkembang di Tanah Air memiliki 2 jenis yaitu, Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) dan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI).
Menurut UU. No 2, 1989, Sibi telah disahkan pada 30 Juni 1994 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, hingga kini Sibi masih digunakan sebagai Bahasa pengantar komunikasi di Sekolah Luar Biasa (SLB).
Sedangkan Bisindo baru digunakan pertama kali dalam kongres ke-7 Gerakan Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia (Gerkatin) yang diselenggarakan di Makassar tahun 2006.
Ada beberapa hal yang membedakan Bisindo dengan Sibi. Bisindo menggunakan dua tangan dengan tujuan mempermudah komuniasi agar lawan bicara lebih memahami apa yang dikatakan oleh penutur.
Sebab Bisindo tidak hanya mengandalkan gerak tangan saja, melainkan dengan gerak bibir dan ekspresi wajah agar pesan yang dimaksud dapat tersampaikan dengan maksimal.
Berbeda dengan Bisindo, Sibi lebih mengandalkan satu tangan dengan imbuhan pada frasa. Namun, masyarakat tuli lebih memilih menggunakan Bisindo karena dinilai lebih mudah dipahami sebab ditunjang oleh ekspresi wajah saat tuturan disampaikan.
Diskusi tentang ini post