Transaksi digital menjadi sebuah realita di era serba cepat dan canggih saat ini. Oleh karenanya, ekonomi digital menjadi opsi tepat untuk meraup keuntungan bisnis secara optimal serta mampu menjadikan usaha yang digeluti mendunia dan bertahan dalam persaingan bisnis global.
Ketua Komite Aset Digital KADIN, Raine Renaldi mengatakan, keuntungan peralihan dari bisnis konvensional ke digital selain untuk optimalisasi keuntungan, pola kerjanya pun lebih efisien karena selain menjangkau seluruh kalangan lokal, pola digitalisasi mampu memberikan kemudahan dalam menjangkau pasar yang lebih luas.
“Dan tentunya, ekonomi digital ini jauh lebih mudah mendapatkan investor jika kita membutuhkannya,” ucap Raine saat dihubungi, Senin (13/3).
Kendati banyak keuntungan ketika usaha konvensional di modernisasi melalui sistem digitalisasi, dia menyebutkan, masih banyak pengusaha konvensional yang masih gamang dalam melangkah menuju digitalisasi dikarenakan, fokus dalam usahanya hanya pada hambatan bukan fokus pada keinginan untuk mengembangkan dan menumbuhkan usahanya secara berkelanjutan.
“Nah, makanya untuk pencerahan, orang yang saya bawa sekarang adalah mereka yang fokus pada passion mereka dan mereka tahu bahwa dengan digital mereka bisa menjangkau dunia,” terangnya.
Dibeberkan Raine, banyak pengusaha lokal yang telah mendunia seperti Rudi Harly Setiawan sebagai CEO Eizper Chain, Gerryadi Agusta Sachanity sebagai Chief Executive Officer at KAABAVERSE, Egi Septiana sebagai CEO Backbone-Pro dan pengusaha besar lainnya sebagai percontohan agar pengusaha konvensional terdorong untuk mengembangkan bidang usahanya.
“Ini harus menjadi motivasi bagi pengusaha lain bahwa ekonomi digital ini adalah salah satu kesempatan untuk berkembang sampai ke dunia global. Saya membawa mereka itu untuk mendorong pada pengusaha lain untuk masuk ke dunia yang sebenarnya, bukan dunia masa depan lagi, tapi dunia yang saat ini sedang dijalani yakni, ekonomi digital,” ungkapnya.
Sementara itu, CEO Eizper Chain, Rudi Harly Setiawan menyampaikan, pada dasarnya, ekonomi digital di Indonesia memiliki potensi besar di masa depan untuk memberikan dampak positif pada pertumbuhan bisnis dan ekonomi nasional secara keseluruhan.
“Hal ini dapat dilihat dari adopsi teknologi yang semakin tinggi dan penetrasi internet yang semakin luas,” ujarnya.
Para pelaku bisnis, ditegaskan Rudi, perlu terus mengembangkan strategi bisnis yang inovatif dan mengikuti perkembangan teknologi yang terus berkembang.
“Selain itu, kerja sama dan dukungan dengan pihak-pihak terkait seperti pemerintah, lembaga keuangan, dan asosiasi industri juga dapat membantu mengatasi tantangan dalam menjalankan bisnis di era ekonomi digital,” paparnya.
CEO Backbone-Pro, Egi Septiana menuturkan, dirinya bergerak di usaha konvensional sejak 2017 namun, pada tahun 2018-2019, usahanya dikembangkan pada digitalisasi dan kemudian masuk pada tokenisasi hingga saat ini.
Dengan adanya peralihan tersebut, lanjut dia, usahanya banyak menuai kemudahan seperti mendapatkan kucuran dana dari luar negeri puluhan juta US dollar dalam kurun waktu dua tahun ini.
“Jadi intinya mereka membeli token kita, lalu token itu diinvestasikan ke beberapa kandang, baik untuk penambahan scale up daging sapi lalu bagi hasil dengan para pemegang token,” tuturnya.
Hal senada disampaikan, Chief DEF Sharing Vision, Founder Gajah Crypto, VP Startup Bandung, Nur Islami Javad akhir 2022 menjadi tahun penuh kejutan. Nasabah digital Banking menembus 80 juta orang.
Berdasarkan survey terhadap 6.985 responden di Indonesia (bit.ly/svoutlook23), sambung dia, QRIS yang terbilang masih baru dari BI, langsung terbang ke 89% menyalip emoney eksisting. Fenomena perkembangan digital life style 5 tahun terakhir terus naik dan semakin intens.
“Semua lini kebutuhan masyarakat sudah ada di Ecommerce dan beberapa seperti Pulsa, Tiket, hampir 100% dibeli online. Crypto Blockchain sebagai lifestyle pun mulai terlihat animonya di masyarakat. Acara Kadin menjadi alternatif untuk menjalin high quality network, semoga bisa terus manjang kolaborasi adem di Bandung ini, amin,” pungkasnya.
Sebagai informasi tambahan, Crypto, Blockchain, Tokenisasi, Metaverse, menjadi salah satu gerbang menuju market global, dimana produk/jasa bisa mencapai audience dengan ‘bahasa’ yang sama. Termasuk Gajah Crypto, bisa connect dengan 52 negara dalam setahun karena peluang itu. Berbagai inovasi, kolaborasi global terjadi dari Bandung, bahkan beberapa sempat menjadi top di global chain.
Tantangannya ada di time to innovate, time to market, dan network. Modal terkadang tidak menjadi permasalahan, karena Bandung kuat dengan ekosistem kreatifnya.
Diskusi tentang ini post